Pemilihan Gubernur DKI Jakarta masih satu tahun lagi, namun aroma persaingan mulai panas. Untuk meraih simpati warga, semua calon lakukan berbagai tempuh. Melakukan pendekatan terhadap partai, blusukan ke berbagai tempat serta aksi bersih-bersih sampah. Tapi yang paling meramaikan media massa adalah saling serang pernyataan.
Dari mulai mengkritisi program, karakter hingga bahkan isu sara dan agama. Basuki Tjahaya Purnama atau Ahok sebagai calon petahana yang paling banyak diserang isu sara dan agama. Maklum dia satu-satunya calon dari etnis keturunan Tionghoa dan berbeda agama dengan agama mayoritas. Benarkah seluruh umat Islam menolak Ahok jadi Gubernur? Tidak benar ! Buktinya Ahok pernah terpilih jadi bupati Bangka Belitung yang mayoritas warganya beragama Islam.
Boleh atau tidaknya pemimpin non muslim memimpin masyarakat muslim hanyalah soal beda tafsir. Tidak semua ulama setuju dengan pendapat yang mengharamkan non muslim jadi pemimpin masyaakat muslim. Buktinya tokoh besar Islam Indonesia KH. Abdurrahaman Wahid adalah pendukung Ahok saat bertarung di Bangka Belitung. Bahkan Gusdur bertindak sebagai juru kampanye Ahok. Gusdur pernah menegaskan bahwa bangsa Indonesia harus menjadi bangsa besar dengan cara memberi ruang yang sebesar-besarnya kepada kaum minoritas. Selanjutnya Gusdur mengutip Quran yang mengatakan bahwa diciptakannya manusia berbangsa-bangsa, berbeda suku bahasa dan warna kulit adalah untuk saling mengenal. Jika sudah mengenal akan tumbuh cinta. Jadi kita memilih Ahok karena cinta. Demikian kata almarhum KH. Abdurahaman Wahid.